1.
Perbandingan; 2. Pertentangan; 3. Pertukaran; 4. Perulangan; 5. Perurutan.
Gaya bahasa ialah cara
penyair menggunakan bahsa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya
digunakan untuk melahirkan keindahan (http://esastra.com/kurusu/kepenyairan.htm#Modul
11). Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling sering dijumpai,
sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati dalam
berekspresi.
Gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiranmelalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan
puisi, juga bentuk-bentuk tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah
drama (Wacana sastra) sangat membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi
yang dihasilkan nanti lebih menarik, indah, dan berkualitas.
Pembicaraan tentang gaya
bahasa sangatlah luas. Gorys Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya
bahasa, yakni:
Pengertian,
sendi, jenis-jenis gaya bahasa
1. Gaya bahasa berdasarkan
pilihan kata
a. Gaya bahasa resmi
b. Gaya bahasa tak resmi
c. Gaya bahasa percakapan
2. Gaya bahasa berdasarkan
nada:
a. Gaya sederhana
b. Gaya mulia dan bertenaga
c. Gaya menengah.
2. Gaya bahasa berdarkan
struktur kalimat
a. Klimaks
b. Antiklimaks
c. Paralelisme
d. Antitesis
Repetisi
3. Gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna
a. Gaya bahasa retorika
terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8.) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan
retoris
17) Silepsis dan Zeugma
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton
b. Gaya bahasa kiasan
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan
Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia
Uraian mengenai pengertian
bermacam-macam gaya bahasa tersebut dan contoh-contohnya bisa dibac dalam buku
“Diksi dan Gaya Bahasa” karya Gorys keraf, juga karya Henry Guntur Tarigan,
Rahmat Joko Pradopo dan dijumpai di segenap buku yang membicarakan gaya bahsa
untuk SMP dan SMA/SMK.
Pengertian
Masing-masing Jenis Gaya Bahasa dan Contoh Pemakaiannya
Di bawah ini disampaikan
pengertian dari jenis-jenis gaya bahasa di atas yang dirumuskan secara bebas
oleh peneliti berdasarkan pemahaman yang penulis peroleh dari berbagai sumber:
1.
Klimaks, yang disebut juga gradasi, adalah gaya bahsa berupa ekspresi dan
pernyataan dalam rincian yang secara periodek makn lama makin meningkat, baik
kuantitas, kualitas, intensitas, nilainya.
Contoh:
Idealnya setiap anak
Indonesia pernah menempuh pendidikan formal di TK, SD, SMP, SMA/SMK, syukur S2,
S3 sampai gelar Doktor dan kalau mengajar di Perguruan Tinggi bergelar
Profesor/Guru Besar pula.
b. Dalam apresiasi sastra,
mula-mula kita hanya membaca selayang pandang puisi yang akan kita apresiasi,
lalu kita membaca berulang-ulang sampai paham maksudnya, merasakan
keindahannya, terus mengkajidalami, bisa membawakannya penuh penghayatan,
sampai kita mampu menghargai keberadaan dan mencintainnya, syukur juga
terpangil untuk kreatif menciptakan bentuk-bentuk sastra.
2.
Antiklimaks merupakan antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat
terstruktur dan isinya mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya
bahasa ini di mulai dari puncak makin lama makin ke bawah.
Contoh:
Bagi milyader bakhlil,
jangankan menyumbang jutaan rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh
ribu, seribu rupiah pun ia enggan, masih dihitung-hitung.
b. Jauh sebelum memperoleh
mendali emas dalam Olimpiade Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik Hidayat
niscaya telah menjadi juara nasional dan sebelumnya juga tingkat propinsi,
kabupaten, malahan pula tingkat kecamatan, desa, RT/RW.
3.
Paralelisme adalah gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang
menduduki fungsi yang sama.
Contoh: Kriminalitas dan
kemaksiatan itu akan menyengsarakan banyakmorang, membuat menderita
kurban-kurbannya.
4.
Antitesis adalah gaya bahsa yang menghadirkasn kelompok-kelompok kata yang
berlawanan maksudnya.
Contoh:
Kau yang berjani kau pula
yang mengingkari
Kau yang mulai kau pula yang
mangakhiri
Di timur matahari terbit
dan di barat ia tengggelam
5.
Repetisi adalah gaya bahasa dengan jalan mengulanmg pengunaan kata atau
kelompok kata tertentu.
Contoh:
·
Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan pernah layu
·
Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah ingkar janji
·
Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara
·
Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh kesah
segala muara
6.
Aliterasi adalah
gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan.
Contoh:
·
Widyawan Wisik Wahyu Wastika suka menekuni spiritualitas.
·
Sahabatku bernama Fajar Firman Firdaus Filosofi.
·
Jadilah jantan jujur jenius!
·
Nama mahasiswi itu Cici Cantika Cangggih Cendikiawati
7.
Asonansi adalah
gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal
Contoh:
Gita Cinta dari SMA, lagu
rindu dari SMU
Kura-kura dalam perahu,
pura-pura tidak tahu
8.
Anastrof adalah
gaya bahasa berupa pembalikan susunan kalimat dari pola yang lazim, biasanya
dari subjek-predikat jadi predikat-subjek
Contoh:
Terlalu kecil anak itu
untuk bekerja seberat itu
Berbahagialah
wisudawan-wisudawati dalam perayaan yang diadakan di kampus mereka.
9.
Apofasis/preterisio adalah
gaya bahasa yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang
megandung unsur kontradiksi, kelihatannya menolak tapi sebenarnya menerima,
kelihatannya memuji tapi sebenarnya mngejek, nampaknya membenarkan tapi
sebenarnya menyalahkan, kelihatannya merahasiakan tapi sebenarnya membeberkan.
Contoh :
- Saya tidak ingin
membongkar kesalahan masa silammu bahwa dulu kamu pernah melakukan pemalsuan
ijazah dan menjadi plagiator.
- Jangan repotrepot membawa
sesuatu ke sini, tapi tidak baik bukan kalau orang menolak rejeki?
10.
Apostrof adalah gaya bahsa berupa pengalihan pembicaraan kepada benda atau
sesuatu yang tidak bisa berbicara kepada kita terutama kepada tokoh yang tidak
hadir atau sudah tiada, dengan tujuan lebih menarik atau memberi nuansa lain.
Contoh:
- Wahai Nabi Suci yang kami
cintai dan hormati, malam ini kami berkumpul disini untuk melantunkan shalawat
dan kasidah nan syahdu untukmu, terimalah sayang, kekasihku.
- Hai burung-burung betapa
merdu nyanyianmu, wahai bunga-bunga betapa indah dan semerbak aromamu, wahai
embun pagi, betapa jernih berkilau kamu laksana butiran-butiran intan tertimpa
hangat sinar surya.
11.
Asidenton adalah gaya bahsa dengan jalan menghadirkan kata/frasa yang
berfungsi sama, berkedudukan sejajar tanpa menggunakan kata penghubung hanya
menggunakan koma.
Contoh:
Untuk menjadi insan kamil,
kita harus punya imtak yang prima, iptek yang andal, akhlak yang solid, amal
salih yang semarak produktif banyak berkarya, kreatif penuh cipta.
12.
Polisidenton adalah gaya bahasa berupa penyampaian sesuatu dengan menggunakan
kata sambung secara berulang.
Contoh:
- Kepada bulan, kepada
bintang-gemintang, kepada langit biru, kepada malam yang syahdu, aku bertanya
kepadamu adakah kau lihat hamba-hamba Allah yang beriman bangun tengah malam
untuk berdzikir, untuk berdoa, untuk bersujud?
- Kita harus giat menuntut
ilmu dari berbagai sumber agar cerdas cendikia agar berwawasan luas agar bisa
bnyak berkiprah agar tidak ketinggalan zaman.
13.
Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua klausa yang berimabang
namun dipertentangkan satu sama lain.
Contoh:
Sebenarnya mereka
orang-orang yang sabar, namun akhirnya berontak terhadap orang-orang yang terus
mengencetnya.
14.
Elipsis adaklah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung
kata-kata yang sengaja dihilangkan yang sebenarnya bisa diisi oleh
pembaca/penyimak.
Contoh:
- Pembangunan mencakup dua
hal yakni pembangunan material dan …….,pembangunan lahiriah dan ……..,
pembangunan individual dan ……….
- Apa saja yang ada di
dunia serta berpasangan ada siang ada ………, ada baik ada…….., ada terang ada
………, ada pertemuan ada …….., roda berputar kadang di atas kadang …………
15.
Eufemisme adalah gaya bahasa berupa pengungkapan yang sifatnya menghaluskan
supaya tidak menyinggung perasaan, tidak terasa tajam.
Contoh:
-Karena melakukan sesuatu
yang kurang pas, Pak Bandot akhirnya dikenai pension dini.
(Terlibat skandal, korupsi,
dipecat, di PHK)
-Anak itu tinggal kelas
karena agak terlambat dalam mengikuti pelajaran.
(Bodoh)
16.
Litotes adalah gaya bahasa yang sifatnya merendahkan diri, tidak sesuai
dengan kenyataan yang sesungguhnya namun tidak punya maksud agar orang percaya
dengan hal itu, pembicara/penyimak tahu apa yang sebenarnya ia maksudkan.
Contoh:
-Kalau Anda tidak
keberatan, mampirlah ke gubug kami di Jalan Pemuda No. 100 Surakarta.
- Yogya-Solo terpaksa kita
tempuh 2 jam karena kita hanya naik gerobak.
17.
Histeron Proteron adalah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung
pembalikan dari logika yang wajar.
Contoh:
Silakan membaca terus
sampai jadi kutu buku agar kebodohanmu tidak berkurang, kepandaianmu tidak
bertambah.
-Pegang teguhlah sifat
jujur maka kamu bakal hancur, bertindaklah adil maka justru kamu akan
terpencil.
18.
Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berulang
dengan kata-kata yang maknanya sama supaya diperoleh pengertian yang lebih
mendalam, misalnya:
Tak ada badai tak ada
topan, tiba-tiba saja ia marah.
So pasti, buku-buku bermutu
banyak memberikan manfaat bagi pembacanya.
19.
Pleonasme adalah sarana retorika semacam tautologi dengan kata kedua yang
sudah dijelaskan oleh kata pertama.
Contoh:
Silakan maju ke depan,
setelah itu naik ke atas.
Hujan yang basah
menyuburkan tanah-tanah rekah
20.
Perifrasis adalah gaya bahasa sejenis pleonasme yang merupakan keterangan
berulang namun proporsinya lebih banyak daripada yang sebenarnya.
Contoh:
Dengan sungguh terpaksa
karena tak berdaya, tidak punya kekuatan apa-apa tidak bisa berbuat dan
melakukan sesuatu saya hanya diam saja ketika kawanan perampokitu menggasak dan
menguras ludes barang-barang berharga di rumah sebelah.
21.
Prolepsis/antisipasi adalah gaya bahasa berupa kalimat yang diawali dengan kata-kata
yang sebenarnya baru ada setelah suatu peristiwa terjadi.
Contoh:
-Keluarga yang ditimpa
kemalangan itu akhirnya tercerai berai dan tewas entah di mana jenazah tersapu
gelombang Tsunami hanyut bersama rumah mereka.
-Pada tahun 571 Masehi di
Mekah, lahirlah seorang Nabi Besar bernama Muhammad S.A.W.
22.
Erotesis/pertanyaan retoris adalah gaya
bahasa berupa pengajuan pertanyaan untuk memperoleh efek mengulang tanpa
menghendaki jawaban, karena jawabannya sudah tersirat di sana. Gaya bahasa ini
acap digunakan oleh para orator.
Contoh:
Biaya pendidikan di
Perguruan Tinggi sangat mahal. Bisakah rakyat kecil menyekolahkan anaknya
sampai ke sana? Siapa yang bisa berkuliah kalau bukan kaum berada?
23.
Silepsis dan Zeugma adalah gaya bahasa berupa konstruksi rapatan yang diikuti dengan
kata-kata yang tidak sejenis atau tidak relevan atau hanya tepat untuk salah
satunya.
Contoh:
Saya menyukai musik dan
ketulusan hati.
Bacalah buku yang bermutu
dan nyanyian sentimental yang mengalun itu.
24.
Koreksio/Epanotesis adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang terkesan meyakinkan,
namun disadari mengandung kesalahan. Atas kesalahan itu lalu dilakukan
pembetulan.
Contoh:
Sudah setengah abad kita
merdeka, eh bukan, 60 tahun malah, nah selama itu, kemajuan apasajakah yang
sudah kita capai?
Dalam dunia sastra, kita
mengenal Pelopor Angkatan ’45 yaitu Rendra, ah bukan, bukan Rendra, yang benar
adalah Chairil Anwar.
25.
Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang sengaja
dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan.
Contoh:
-Saya ucapkan beribu-rbu
terima kasih atas perkenan Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia.
- Bertemu kamu sayang,
wahai sahabatku yang elok dan indah, syahdu, hati berbunga-bunga sejuta rasanya
terbang melayang di angkasa bahagia.
26.
Paradoks adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang mengandung
kontras/pertentangan, namun ternyata mengandung kebenaran.
Contoh:
-Betapa banyak orang yang
dalam kesendiriannya merasa kesepian di kota sehiruk-pikuk Jakarta.
-Sebagai dosen, terus
terang, saya juga banyak belajar dari mahasiswa-mahasiswi saya.
27.
Oksimoran adalah gaya bahasa semacam paradoks yang lebih singkat dan padat,
mengandung kata-kata yang berlawanan arti alam frase yang sama.
Contoh:
-Sang pemberang sangat
khusuk menyembah Dewa Kemarahan
-Dia milyander miskin karena
sangat pelitnya
-Penyair Emha pernah
dijuluki Kyai Mbeling.
28.
Persamaan/simile adalah bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal lain
dengan menggunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
-Nyalakanlah semangat bagai
dian nan tak kunjung padam
-Bersabarlah seperti
samudra yang mampu menampug keluh kesah segala muara.
29.
Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun todak menggunakan
kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata
sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya.
Contoh:
Kesabaran adalah bumi
Kesadaran adalah matahari
Keberanian menjelma
kata-kata
Dan perjuangan adalah
pelaksana kata-kata(sebuah bait dalam puisi Rendra)
30.
Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan, merupakan
metafora yang dikembangkan.
Contoh:
Sanjak “Menuju Ke Laut”
karya Sutan Takdir Alisyahbana. Biasanya bersifat simbolis
31.
Parabel (Parabola) adalah gaya bahasa berupa cerita-cerita fiktif dengan tokoh
manusia dengan tema moral yang kental.
Contoh:
Hikayat Kalilah dan Daminah
32. Fabel adalah
metafora berbentuk cerita dengan tokoh-tokoh binatang yang esensinya
menggambarkan perilaku dan karakter manusia.
Contoh:
Dongeng Kancil dengan
Buaya, Kancil dengan Harimau dan lain-lain.
33.
Personifikasi/Penginsanan adalah gaya bahasa yang mempersamakan
benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan,
seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia.
Contoh:
Angin bercakap-cakap sama daun-daun,
bunga-bunga, kabut dan titik embun.
-Indonesia menangis, duka
nestapa Aceh memeluk erat sanubari bangsaku.
34.
Alusio adalah gaya bahasa yang menampilkan adanya persamaan dari sesuatu
yang dilukiskan yang sebagai referen sudah dikenal pembaca.
Contoh:
Bandung dikenal sebagai
Paris Jawa.
Bung Karno – Bung Karno
kecil menunjukkan kebolehannya dalam lomba pidato membawakan fragmen “Di Bawah
bendera Revolusi”.
35.
Eponim adalah gaya bahasa berupa penyebutan nama-nama tertentu untuk
menyatakan suatu sifat atau keberadaan.
Contoh:
-Perkenalkan, inilah
Zidanenya kesebelasan kita.
\Silakan Aa Gym Ketua Rois
kita menyampaikan kultum!
36.
Epitet adalah gaya bahasa berupa frasa reskriptif untuk menggantikan
nama seseorang, binatang, atau suatu benda.
Contoh:
Raja siang bertahta di
angkasa raya (=Matahari)
Sang raja sehari
mendapatkan ucapan selamat dari segenap rekan kerjanya. (=pengantin)
-Penyair si Burung Merak
masih kreatif tampil membaca puisi-puisinya pada usia menjelang 70 tahun.
(=Rendra)
- Di kta ukir pembuatan
mebel menjadi home industri penduduk kota itu. (=Jepara)
37.
Sinekdoke adalah bahasa kiasan dengan cara menyebutkan sesuatu bisa
sebagian untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto), bisa pula sebaliknya
keseluruhan digunakan untuk menyebut yang sebagian (totum pro parte)
Contoh totum pro parte:
Dalam copa Amerika 2004,
Brazil mengalahkan Argentina.
Karya-karya menjadi cindera
mata bagi dunia
Contoh pars pro toto:
Korban gelombang Tsunami 26
Desember 2004 mencapai 100 jiwa lebih.
Dalam Idul Adha tahun ini,
Masjid Al-Amin berkurban 6 ekor sapi 10 ekor kambing.
38.
Metonemia adalah bahasa kiasan dalam bentuk penggantian nama atas sesuatu.
Contoh:
Kita harus bersyukur
tinggal di negeri Zamrud Khatulistiwa yang elok permai ini
Panda banyak terdapat di
negeri Tirai Bambu.
39.
Antonomasia adalah gaya bahasa berupa penyebutangelar resmi dan
semacamnyauntuk menggantikan nama diri.
Contoh:
Megawati Soekarno Putrid an
Meutia Hatta adalah puteri-puteri Sang Proklamator yang aktif di budang pemerintahan.
Dalam penciptaan lagu dan
pentas-pentasnya, Raja Dangdut tidak pernah lupa menyisipkan pesan dakwah
40.
Hipalase adalah gaya bahasa yang mengandung pemakaian karta yang
menerangkan kata yang bukan sebaharsnya.
Contoh:
Di hari yang berbahagia ini
jangan lupamensyukuri segenap nikmat karuna Allah.
Sudah lama mesjid Agung
Baitur Rahman Banda Aceh menungu-nunggu untaian dzikir dari K.H. Muhammad
Arifin Ilham.
41.
Ironi/sindiran adalah gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata denga berbeda
dengan maksud dengan sesungguhnya, tapi pembaca/pendengar, di harapkan memahami
maksud penyampaian itu.
contoh:
Kuakui, kutu buku yang satu
ini memang berpengetahuan luas sekali.
42.
Sinisme hakikatnya sama dengan ironi namun biasanya lebih keras.
Contoh:
Tanpa belajar pun, kalau
anak jenius seperti kamu tentu bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan hasil
memuaskan.
43.
Sarkasme merupakan gaya bahasa berupa pengucapan-pengucapan yang kasar,
caci maki sebagai ekspresi, amarah yang membuat yang terkena sakit hati.
Contoh:
Dasar otaku dang! Mana
mungkinbisa kau kerjakan soal itu!
44.
Satire adalah gaya bahasa sejenis ironi yang mengandung kritik atas
kelemahan manusia agar terjadi kebaikan . tidak jarang satire muncul dalam
bentuk puisi yang mengandung kegetiran tapi ada kesadaran untuk berbenah diri.
Contoh:
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
(Bait II puisi “Menyesal”
karya M. Ali Hasymi)
45.
inuedo adalah gaya bahasa berupa sindiran dengan cara mengecilkan kenyataan
yang sesungguhnya, mengandung kritik tidak langsung.
Contoh:
Hanya dengan sedikit
melakuan KKN, banyak pejabat menjadi milyander.
Mobil yang dikemudikannya
masuk jurang karena sebelum berangkat sopir itu menegak segelas miras sampai
sedikit mabuk.
46.
Antifrasis adalah gaya bahasa sejenis iron dengan menggunakan kata yang
maknanya berlawanan dengan realita yang ada.
Contoh:
Dia dikenal jenius dikelas
ini (padahal bodoh)
Alangkah abar dan
penyayangnya majikan itu terhadap pembantu-pembantunya yang selalu
berganti-ganti karena tidak tahan. (pemarah dan pelit)
47.
Paronomasia adalah gaya bahasa dengan menggunakan permainan kata-kata yang
artinya sangat berlainan.
Contoh:
Ada gempa dahsyat, suasana
genting. Genting-genting rumah pun berjatuhan pecah berderai.
Anggota dewan yang pulang
balik studi banding ke luar negeri itu kini kaya mendadak. Kaya keralah mereka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar